Powered By Blogger

glukosa darah dan glikogen puasa

Minggu, 26 Juni 2011

Laporan Praktikum ke 3 Tanggal Mulai : 08 Maret 2011
MK Metabolisme Zat Gizi Tanggal Selesai : 15 Maret 2011



PENGARUH PUASA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN KANDUNGAN GLIKOGEN HATI TIKUS


Oleh:
Kelompok 4
Arnati Wulansari I14090020
Lativa I14090028
Khoirul Anwar I14090037
Meirisa Rahmawati I14090048
Dini Anriany I14090094
Evi Astuti Widya S I14090119



Asisten Praktikum:
Angga Hardiansyah
Desi Erfi Susanti



Koordinator Mata Kuliah:
Dr. Rimbawan











DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar belakang
Di dalam ilmu gizi, secara sederhana karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karbohidrat sederhana & karbohidrat kompleks. Berdasarkan responnya terhadap glukosa darah di dalam tubuh, karbohidrat juga dapat dibedakan berdasarkan nilai tetapan indeks glikemiknya (glycemic index). Contoh dari karbohidrat sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa & galaktosa atau juga disakarida seperti sukrosa & laktosa. Jenis-jenis karbohidrat sederhana ini terkandung di dalam produk pangan seperti madu, buah-buahan dan susu. Sedangkan contoh dari karbohidrat kompleks adalah pati (starch), glikogen (simpanan energi di dalam tubuh), selulosa, serat (fiber) atau dalam konsumsi sehari-hari karbohidrat kompleks terkandung di dalam produk pangan seperti, nasi, kentang, jagung, singkong, ubi, pasta, dan roti (Irawan 2003).
Di dalam sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat yang dikonsumsi akan terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorpsi oleh aliran darah dan ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Melalui berbagai tahapan dalam proses metabolisme, sel-sel yang terdapat di dalam tubuh dapat mengoksidasi glukosa. Glukosa yang berada dalam darah lazim disebut sebagai kadar glukosa darah. Konsentrasi glukosa darah yang normal berkisar pada nilai 100 mg/dl sampai 110 mg/dl. Kadar glukosa darah sering dipergunakan sebagai parameter keberhasilan metabolisme di dalam tubuh, dimana akibat kondisi tertentu sehubungan dengan konsentrasi glukosa di darah tubuh dapat mengalami keadaan yang disebut hipoglikemia yaitu kondisi penurunan kadar glukosa darah (Stryer 2000).
Kondisi ini terjadi karena glukosa di darah untuk dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh memerlukan hormon insulin. Kelebihan insulin akan menyebabkan penurunan konsentrasi glukosa di darah. Pada keadaan yang ekstrim dapat menyebabkan keadaan koma hipoglikemia (jika kadar glukosa darah turun di bawah 20 mg/dl). Ini terjadi karena pasokan glukosa ke sel otak terganggu atau kurang karena sel otak sumber energinya hanya glukosa (Indah 2007).
Di dalam tubuh, karbohidrat yang telah terkonversi menjadi glukosa tidak hanya akan berfungsi sebagai sumber energi utama bagi kontraksi otot atau aktifitas fisik tubuh, namun glukosa juga akan berfungsi sebagai sumber energi bagi sistem syaraf pusat termasuk juga untuk kerja otak. Selain itu, karbohidrat yang dikonsumsi juga dapat tersimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen di dalam otot dan hati. Glikogen otot merupakan salah satu sumber energi tubuh saat sedang berolahraga sedangkan glikogen hati dapat berfungsi untuk membantu menjaga ketersediaan glukosa di dalam sel darah dan sistem pusat syaraf (Irawan 2003).
Untuk mempertahankan kadar glukosa darah, didalam tubuh dapat berlangsung beberapa proses yaitu : pencernaan dan absorpsi makanan mengandung karbohidrat, proses glukoneogenesis, dan glikogenolisis di hepar dan parenkim ginjal. Hal ini juga terjadi pada tikus. Dalam percobaan ini dilakukan uji pengaruh puasa terhadap kadar glukosa darah dan kandungan glikogen hati tikus. Praktikum ini perlu dilakukan untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah dan kandungan glikogen pada hati tikus dalam keadaan puasa dan kadar glukosa darah saat tikus tersebut berpuasa
Tujuan
Praktikum Pengaruh Puasa Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kandungan Glikogen Hati Tikus memiliki berbagai macam manfaat dan tujuan. Beberapa manfaat dan tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk membuktikan bahwa dalam keadaan puasa atau kelaparan, kadar glikogen hati akan berkurang
2. Untuk mengukur kandungan glikogen hati tikus
3. Untuk mengukur kadar glukosa darah tikus dalam keadaan puasa dan tidak puasa

TINJAUAN PUSTAKA
Glikolisis
Merupakan suatu lintas pusat universal dari katabolisme glukosa, tidak hanya didalam hewan dan tumbuhan tetapi juga dalam banyak mikroorganisme. Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui oleh piruvat setelah glikolisis. Pada organisme aerobik, glikolisis hanya menyusun pada tahap pertama dari keseluruhan degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan H2O. Lintas piruvat yang kedua adalah reduksinya menjadi laktat. Jika dalam keadaan anaerobik, glikolisis dalam sel otot akan nmenghasilkan laktat, sedangkan pada mikroorganisme menghasilkan etanol dan CO2 (Lehninger 1994). Glikolisis bersangkutan dengan pembentukan ATP, produksi piruvat, pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya gliserol 3-fosfat untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid dan sebagainya. Glikolisis dapat dipandang berlangsung dalam tiga tingkat. Tingkat pertama berkenaan dengan pembentukan D-glukose 6-fosfat, tingkat kedua dalam glikolisis mengakibatkan pemecahan rantai 6-karbon D-glukose 6-fosfat menjadi dua molekul gliseraldehid 3-fosfat, dan tingkat tiga glikolisis merupakan pembentukan piruvat dari oksidasi 3-fosfo D-gliseraldehid (Montgomery et al. 1993).
Glikogen
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Terbentuk dari mokekul glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang lebih kompleks. Glikogen memiliki fungsi sebagai sumber energi tidak hanya bagi kerja otot namun juga merupakan sumber energi bagi sistem pusat syaraf dan otak. Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada jaringan otot,glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa otot sedangkan di dalam hati glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari total massa hati. Walaupun memiliki persentase yang lebih kecil namun secara total jaringan otot memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar di bandingkan dengan glikogen hati. Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan energi. Begitu juga dengan hati yang dapat mengeluarkan glukosa apabila dibutuhkan untuk memproduksi energi di dalam tubuh. Selain itu glikogen hati juga mempunyai peranan yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh yaitu berfungsi untuk menjaga level glukosa darah (Anonim 2007).
Sintesis glikogen (glikogenesis) dan pemecahan glikogen (glikogenolisis) berlangsung lewat jalur metabolik yang berbedea yang dikontrol dengan sangat halus dengan cara saling berkaitan untuk menjamin 3 hal yaitu mempertahankan kadar gula darah dan simpanan glikogen dalam hati dan sedikit dalam ginjal. Dapat diperolehnya D-glukose 1-fosfat intrasel untuk glikolisis dan produksi ATP. Penanggulangan keadaan hiperglikemia data dilakukan dengan biosintesis glikogen. Namun, banyaknya glikogen yang dapat disimpan dalam jaringan normal terbatas. Apabila batas ini terlampaui, kelebihan glucosa diubah menjadi lemak, suatu simpanan yang batasnya tidak jelas (Montgomery et al. 1993).
Glikogenolisis
Glikogenolisis berlangsung dengan jalur yang berbeda dengan glikogenesis. Dengan adanya enzim fosforilase a, fosfat organik (Pi) melepaskan sisa glukosa nonpereduksi ujung dalam glikogen satu persatu untuk menghasilkan D-glukosafosfat 1-fosfat. Reaksi ini analog dengan hidrolisis elemen fosfat sebagai ganti air yang ditambahkan pada ikatan glikosidik yang dilepaskan, reaksi ini dinamakan fosforolisis. Kerja fosforilase a berhenti dekat titik percabangan, rata-rata tiga sampai empat sisa D-glukosil dari percabangan tersebut. Hasil antara ini disebut limit dekstrin. Sintesis dan pemecahan glikogen berlangsung lewat jalan yang berbeda. Tergantung pada proses yang mempengaruhinya, molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar, namun hal ini jarang terjadi. Apabila ada, molekul tersebut dipecah sempurna, meski pada hewan kelaparan simpanan glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Sekitar 85% D-glukosa yang dihasilkan dari pemecahan glikogen terdapat dalam bentuk 1-fosfatnya, sedang 15% dalam bentuk glukosa bebas (Montgomery et al. 1993).
KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS
Faktor intake makanan dengan tanpa disadari ikut menyertakan radikal bebas masuk ke dalam tubuh. Jumlah radikal bebas yang turut masuk ke dalam tubuh lambat laun terakumulasi dan dapat merusak sel-sel, khususnya sel beta pankreas. Kerusakan sel-sel beta pankreas selanjutnya akan mengakibatkan penurunan hormon insulin sehingga kadar glukosa di dalam tubuh akan meningkat karena seluruh glukosa yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna (Anonim 2010).
Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan mamalia berkisar antara 4,5 – 5,5 mmol/L. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L. Penurunan mendadak kadar glukosa darah akan menyebabkan konvulsi, seperti terlihat pada keadaan overdosis insulin, karena pengaturan otak secara langsung pada pasokan glukosa. Namun, kadar yang jauh lebih rendah dapat ditoleransi asalkan terdapat adaptasi yang progressif. Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan akhirnya akan membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam makanan yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa, galaktosa, dan fruktosa yang akan dilepas di intestinum. Zat-zat ini lalu diangkut ke hati lewat vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa segera dikonversi menjadi glukosa di hati. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis (Sodikin 2010).
Glukosa darah normal tikus sehat bervariasi 50 Sampai 135 mg/dl. Seperti semua mamalia, kadar glukosa darah tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi dan waktu sejak makan terakhir. Semua Pembongkaran, glukosa kadar darah tergantung jenis makanan dan yang terkahir dikonsumsi. Glukosa darah adalah jumlah yang hadir glukosa dalam sampel darah dan biasanya diberikan dalam mg/dl. Seperti semua mamalia berpuasa, kadar glukosa darah menurun secara signifikan dari waktu ke waktu karena tidak ada gula dikonsumsi. Semua mamalia berpuasa, glukosa kadar darah menurun secara signifikan karena gula regular tidak dikonsumsi. Glukosa darah untuk tikus puasa berkisar 50-109 mg/dl. Pada Tikus Puasa, kadar glukosa darah untuk berkisar 50-109 mg/dl. Bila kadar glukosa darah pada tikus tinggi (di atas 135 mg/dl), ini biasanya berarti bahwa makan besar telah dikonsumsi dan insulin masih bekerja untuk memecah glukosa. Ketika glukosa tikus pada darah tinggi (tetap di permanent 135 mg/dl), suami biasanya berarti bahwa telah makan dan insulin masih bekerja untuk memecah glukosa. Jika glukosa darah tinggi pada tikus berpuasa, diabetes mungkin ada (Anonim 2010).
Metode Follin Wu
Metode ini digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam darah. Prinsip pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah ion kupri akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo dapat diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm (Kuswurj 2009).
Fungsi Pereaksi
Na-tungstat dalam metode folin wu berperan untuk mengendapkan glukosa yang terlarut di dalam air. Selain itu juga terdapat pereaksi H2SO4 yang berfungsi sebagai sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan glukosa oleh Na tungstat. Penambahan HCl pekat untuk menghidrolisis glikogen dimana glikogen akan dihidrolisis dengan bantuan HCl pekat (Sumardji 1989). Pereaksi NaOH yang digunakan pada ekstraksi glikogen untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam (Winarno 1984).

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Maret sampai 15 Maret 2011 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB bertempat di Laboratorium Metabolisme Zat Gizi Lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah perangkat bedah tikus, pelumat jaringan, penangas, gelas ukur, timbangan digital, vakum, dan spektrofotometer. Bahan yang digunakan adalah hati tikus, darah tikus, larutan NaCl 0.9 g/dL, etanol absolut, HCl pekat, larutan NaOH, Larutan asam asetat 10%, akuades, larutan natrium tungstat 10%, dan larutan asam sulfat (H2SO4) 2/3 N.

PEMBAHASAN
Glikolisis (proses pemecahan glukosa) merupakan proses utama dalam katabolisme karbohidrat melalui proses pengubahan molekul sumber energi, yaitu glukosa yang mempunyai 6 atom C manjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu asam piruvat yang mempunyai 3 atom C. Reaksi ini berlangsung di dalam sitosol (sitoplasma). Glikolisis dalam eritrosit dalam keadaan aerobik akan menghasilkan asam laktat, karena enzim-enzim yang dapat mengoksidasi asam piruvat secara aerobik tidak ada dalam sel darah merah. Glikolisis bersangkutan dengan pembentukan ATP, produksi piruvat, pembentukan senyawa antara bagi proses-proses biokimiawi lain misalnya gliserol 3-fosfat untuk biosintesis trigliserid dan fosfolipid dan sebagainya. Glikolisis dapat dipandang berlangsung dalam tiga tingkat. Tingkat pertama berkenaan dengan pembentukan D-glukose 6-fosfat, tingkat kedua dalam glikolisis mengakibatkan pemecahan rantai 6-karbon D-glukose 6-fosfat menjadi dua molekul gliseraldehid 3-fosfat, dan tingkat tiga glikolisis merupakan pembentukan piruvat dari oksidasi 3-fosfo D-gliseraldehid (Montgomery et al. 1993).
Percobaan pengaruh puasa terhadap kadar glukosa darah tikus ini menggunakan dua kelompok tikus, kelompok pertama tikus dipuasakan selama 48 jam dan kelompok kedua tikus mendapatkan makanan standar. Pengukuran kadar glukosa darah tikus ditetapkan dengan cara Folin-Wu dimana protein darah dipisahkan terlebih dahulu. Metode ini digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam darah. Prinsip pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin-Wu adalah ion kupri akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu2O yang terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo dapat diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Penetapan kadar glukosa darah tikus ini menggunakan pereaksi larutan natrium tungstat 10% yang berfungsi untuk membantu pengendapan kadar glukosa darah, larutan H2SO4 2/3 N dan menggunakan larutan tembaga alkalis sebagai katalisator dalam pengendapan kadar glukosa darah.
Percobaan pengukuran kadar glukosa darah tikus yang puasa dan yang tidak puasa dari hasil percobaan setelah diukur dan dihitung dapat disajikan didalam tabel.
Tabel 1 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Tikus
Perlakuan Sampel Kadar Glukosa Darah (mg/mL)
Puasa T2 0.2
T4 0.27
T6 9.78
Rata-rata 3.57
Tidak Puasa T1 0.07
T3 0.03
T5 1.78
Rata-rata 0.63
Hasil percobaan pengukuran kadar glukosa darah dari kedua kelompok tikus didapatkan rata-rata kadar glukosa darah tikus yang puasa adalah 3,57 mg/mL. Hasil perhitungan kadar glukosa darah tikus yang puasa ini sudah sesuai dengan literatur karena menurut literatur kadar glukosa darah tikus saat puasa kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L. Kadar glukosa darah turun pada saat puasa disebabkan faktor intake makanan. Pada saat puasa tikus tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup sehingga menyebabkan kerusakan sel-sel beta pankreas selanjutnya akan mengakibatkan peningkatan hormon insulin sehingga kadar glukosa di dalam tubuh tikus akan menurun karena seluruh glukosa yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna
Tikus yang tidak puasa dari hasil perhitungan didapatkan rata-rata kadar glukosa darahnya adalah 0,63 mg/mL. Hasil perhitungan kadar glukosa darah tikus yang tidak puasa ini tidak sesuai dengan literatur karena menurut literatur kadar glukosa darah itu meningkat ketika tikus tidak dipuasakan karena menurunnya produksi hormon insulin yaitu berkisar antara 4,5 – 5,5 mmol/L. Dari hasil perhitungan yang didapat antara kelompok tikus yang puasa dan yang tidak puasa maka diperoleh rata-rata kadar glukosa puasa lebih tinggi dari kadar glukosa yang tidak puasa yaitu 3,57 mg/mL sedangkan yang tidak puasa hanya 0,63 mg/mL hal ini disebabakan oleh faktor kesalahan yaitu dalam hal penyaringan untuk mendapatkan filtrat yang jernih masih terdapat campuran darah didalam filtratnya sehingga mempengaruhi hasil perhitungan. Faktor kesalahan lainnya adalah ketidaktelitian praktikan dalam melakukan percobaan terutama dalam hal menghitung nilai absorbansi.
Kadar glukosa darah tidak boleh turun secara drastis karena dapat menyebabkan menyebabkan konvulsi, seperti terlihat pada keadaan overdosis insulin, karena pengaturan otak secara langsung pada pasokan glukosa. Namun, kadar yang jauh lebih rendah dapat ditoleransi asalkan terdapat adaptasi yang progressif. Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan akhirnya akan membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam makanan yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa, galaktosa, dan fruktosa yang akan dilepas di intestinum. Zat-zat ini lalu diangkut ke hati lewat vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa segera dikonversi menjadi glukosa di hati. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis sehingga secara bertahap kadar glukosa dalam darah dapat diseimbangkan.
Sintesis dan pemecahan glikogen berlangsung lewat jalan yang berbeda. Tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar namun hal ini jarang terjadi. Apabila ada, molekul tersebut dipecah sempurna, meski pada hewan kelaparan simpanan glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Sekitar 85% D-glukosa yang dihasilkan dari pemecahan glikogen terdapat dalam bentuk 1-fosfatnya, sedang 15% dalam bentuk glukosa bebas (Montgomery et al. 1993).
Setelah glikogen hati mengendap setelah penyimpanan selama seminggu, lalu endapannya dipisahkan dengan vakum, dan diberi 10 ml aquades, 10 ml HCL dan dihomogenasi. Fungsi dari larutan HCL adalah untuk menghidrolisis glikogen sehingga membantu pada saat proses homogenisasi yang akhirnya kadar glikogen hati dapat ditentukan.
Percobaan pengukuran kadar glukosa darah tikus yang puasa dan yang tidak puasa dari hasil percobaan setelah diukur dan dihitung dapat disajikan didalam tabel.
Tabel 2 Hasil Pengukuran Kadar Glikogen Jaringan Hati Tikus
Perlakuan Sampel Kadar Glikogen Hati (mg/g)
Tidak Puasa T1 0.132
T3 0.349
T5 0.085
Rata-rata 0.189
Puasa T2 -
T4 0.049
T6 0.039
Rata-rata 0.044
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Glikogen terbentuk dari molekul glukosa yang saling mengikat dan membentuk molekul yang lebih kompleks. Glikogen memiliki fungsi sebagai sumber energi tidak hanya bagi kerja otot namun juga merupakan sumber energi bagi sistem syaraf pusat dan otak. Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen.
Tabel kadar glikogen pada hati tikus terlihat bahwa ada perbedaan yang cukup nampak antara kadar tikus puasa dan kadar glikogen yang tidak puasa. Pada tikus yang tidak puasa kadar glikogen hati terlihat lebih besar yaitu dari tiga rata-rata sampel sebesar 0,189 mg/g. Hal tersebut dikarenakan pada saat tikus diambil hatinya keadaan kandungan glukosa pada tubuhnya masih dipasok secara normal dan belum memakai kadar glikogen pada tubuhnya. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohohidrat, kadar glukosa darah akan naik. Berbeda dengan kadar glikogen hati pada tikus yang dipuasakan yaitu dari tiga sampel absorbansi uji didapatkan rata-rata sebesar 0,044 mg/g. Saat puasa kadar glukosa darah akan turun dari biasanya maka cadangan glikogenpun akan terpakai agar tetap mendapatkan glukosa. Penurunan mendadak kadar glukosa darah akan menyebabkan konvulsi, yaitu keadaan seperti overdosis insulin, otak akan yang mengkondisikan secara langsung pada saat tubuh tetap memasok glukosa. Namun, kadar yang jauh lebih rendah dapat ditoleransi asalkan terdapat adaptasi yang progresif.
Sebagian besar karbohidrat yang dapat dicerna di dalam makanan akhirnya akan membentuk glukosa. Karbohidrat di dalam makanan yang dicerna secara aktif mengandung residu glukosa, galaktosa, dan fruktosa yang akan dilepas di intestinum. Zat–zat ini lalu diangkut ke hati lewat vena porta hati. Galaktosa dan fruktosa segera dikonversi menjadi glukosa di hati. Glukosa dibentuk dari senyawa–senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis.
Glikogenolisis pada tikus yang puasa terjadi setelah kadar glikogennya sudah dipecah sempurna, tetapi kadar glikogennya tidak pernah kosong. Enzim fosforilase a fosfat organik akan melepaskan sisa glukosa non pereduksi ujung dalam glikogen satu persatu untuk menghasilkan D-glukosafosfat 1-fosfat. Maka akan terbentuk tiga sampai empat sisa D-glukosil dari percabangan tersebut yang disebut limit dekstrin.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari praktikum Pengaruh Puasa Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kandungan Glikogen Hati Tikus dapat disimpulkan bahwa dalam keadaan puasa atau kelaparan, kadar glikogen hati akan berkurang. Karena pada saat puasa kadar glukosa darah akan turun dari biasanya maka cadangan glikogen akan terpakai agar tetap mendapatkan glukosa. Pada tikus yang tidak puasa kadar glikogen hati dari tiga rata-rata sampel sebesar 0,189 mg/g. Sedangkan saat berpuasa kadar glikogen hati pada tikus yaitu sebesar 0,044 mg/g.
Pada keadaan tikus yang berpuasa, rata-rata kadar glukosa darah tikus yang adalah 3,57 mg/ml, seangkan tikus yang tidak puasa dari hasil perhitungan didapatkan rata-rata kadar glukosa darahnya adalah 0,63 mg/ml.
Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan ketelitian praktikan dlam mengerjakan percobaan ditingkatkan, serta pemahaman awal tentang prosedur praktikum lebih diprioritaskan. Praktikum ini bermanfaat untuk mengetahui metabolisme karbohidrat dalam tubuh saat berpuasa dan tidak berpuasa, diharapkan hal ini dapat dikaji lebih dalam karena bermanfaat untuk pengetahuan tentang aplikasi ilmu metabolisme zat gizi lebih lanjut.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Glikogen. [Terhubung Berkala] http://www.pssplab.com/id-carbohydrate03.php. Diakses tanggal 19 Maret 2011

Anonim. 2010. Glukosa Darah Tikus Normal Level . [Terhubung berkala]. http://www.ehow.com/facts_5990203_normal-rat-blood-glucose-level.html#ixzz1Gz60aU00. Diakses tanggal 18 Maret 2011

Indah sari. 2007. Reaksi-reaksi Biokimia sebagai Sumber Glukosa Darah. [Terhubungberkala].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1934/1/09E01867.pdf (19 Maret 2003)

Irawan. 2003. Karbohidrat. http://www.pssplab.com/journal/03.pdf (19 Maret 2003)

Kuswurj R. 2009. Penentuan kadar gula reduksi nira tebu. [Terhubung berkala] http://www.risvank.com/tag/lane-eynon. Htm (18 Maret 2011)

Lehninger Albert L. 1994. Dasar-dasar biokimia Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Montgomery et al. 1993. Biokimia suatu pendekatan berorientasi kasus. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Sodikin. 2010. Pengaruh Pemberian Propolis Lebah Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Di Induksi Alloxan. [Terhubung berkala] http://obatpropolis.com/pengaruh-pemberian-propolis-lebah-terhadap-kadar-glukosa-darah. diakses tanggal (18 Maret 2011)

Stryer L. 2000. Biokimia edisi 4. Jakarta :EGC

Sudarmadji S.1989. Kimia Analisis dan Gizi. Gramedia:Jakarta

Winarno.1984. Kimia Pangan dan Analisis. Yogyakarta : Liberty


LAMPIRAN
Tabel 2 Data Absorbansi Darah Tikus
Perlakuan Sampel Absorbansi
Uji I Uji II Blanko Std I Std II
Puasa T2 0.073 0.077 0.06 0.131 0.137
T4 0.08 0.15
T6 0.783 0.785
Tidak Puasa T1 0.035 0.065
T3 0.052 0.072
T5 0.192 0.214
Tabel 3 Kadar Glukosa Darah Tikus
Perlakuan Sampel Rata-Rata Absorbansi Uji Kadar Glukosa Darah (mg/mL)
Puasa T2 0.075 0.2
T4 0.08 0.27
T6 0.784 9.78
Rata-rata 3.57
Tidak Puasa T1 0.065 0.07
T3 0.062 0.03
T5 0.192 1.78
Rata-rata 0.63
Tabel 4 Data Absorbansi Glikogen Jaringan Hati
Perlakuan Sampel Berat Hati Absorbansi Absorbansi
(gram) Uji I Uji II
Tidak Puasa T1 9.463 0.117 0.194
T3 11.74 0.266 0.26
T5 9.53 0.085 0.034
Puasa T2 - - -
T4 7.1051 0.064 0.057
T6 7.4486 0.054 0.109
Blanko 0.028 Rata-Rata
Standar I 0.118 0.123
Standar II 0.128







Tabel 5 Kadar Glikogen Jaringan Hati
Perlakuan Sampel Rata-Rata Absorbansi Uji Kadar Glikogen Hati (mg/g)
Tidak Puasa T1 0.117 0.132
T3 0.263 0.349
T5 0.085 0.085
Rata-rata 0.189
Puasa T2 - -
T4 0.061 0.049
T6 0.054 0.039
Rata-rata 0.044

Pembagian tugas kelompok :
1. Arnati Wulansari : Cover dan Pendahuluan
2. Lativa : Pembahasan
3. Khoirul Anwar : Tinjauan Pustaka
4. Meirisa Rahmawati : Metodologi dan Lampiran
5. Dini Anriany : Pembahasan
6. Evi Astuti Widya S : Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka dan Editing

(aws 2011)

analisis Seng (Zn) metode kecap smith

HASIL DAN PEMBAHASAN
Seng adalah mikromineral yang ada dalam jaringan manusia atau hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme (Atmadja et al 1998). Seng memegang peran essensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai enzim atau kofaktor, berperan dari berbagai aspek metabolisme (reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida, dan asam nukleat). Sebagai bagian dari enzim peptidase karboksil yang terdapat di dalam cairan pankreas, seng berperan dalam pencernaan protein. Seng juga dibutuhkan oleh enzim insulin yang dibentuk di dalam pankreas walaupun tidak berperan secara langsung dalam enzim insulin. Selain itu, peranan penting lain adalah sebagai bagian integral enzim DNA polimerase dan RNA polimerase yang diperlukan dalam sintesis DNA dan RNA. Sebagai bagian dari enzim kolagenase, seng berperan pula dalam sintsesis dan degradasi kolagen. Dengan demikian seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat, dan penyembuhan luka (Almatsier 2004). Seng juga berperan dalam pengembangan fungsi reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma. Seng berperan dalam fungsi kekebalan yaitu dalam fungsi sel T dalam pembentukan antibodi oleh sel B dalam sistem pertahanan tubuh (Almatsier 2004).
Seng juga membantu peran hormon-hormon insulin dipankreas sehingga jika seng berada dalam jumlah sedikit, maka respon insulin akan turun dan toleransi glukosa menjadi terganggu. Seng membantu metabolisme karbohidrat, membantu penyusunan bahan genetik DNA dan RNA (fungsi pertumbuhan sel atau jaringan), merupakan komponen protein “gustin” (mempertajam daya rasa). Seng juga berperan dalam penyembuhan luka, pembentukan sperma, pertumbuhan normal janin, fungsi hormon thyroid dan kemampuan belajar ( Anna dan Lilik 2008).
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui kecukupan seng dalam tubuh agar tidak terjadi defisiensi dengan melakukan analisis Seng (Zn) dengan Metode Kecap Smith. Metode Kecap Smith ini dilakukan dengan menyemprotkan Seng ke dalam mulut menggunakan suntikan tanpa jarumnya. Setelah itu, dibiaskan beberapa saat dan dilanjutkan dengan menanyakan pendapat mereka akan kesan atau efek yang ditimbulkan. Terdapat empat kategori terhadap kesan yang mereka rasakan setelah mulutnya disemprotkan dengan Seng. Kategori pertama responden tidak merasakan apa-apa. Kategori kedua responden mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, setelah beberapa saat terasa kering, kesat. Kategori ketiga responden segera merasakan sesuatu yang pasti namun tidak sampai menyakitkan atau mengganggu. Kategori terakhir yaitu katagori keempat responden segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu. Kategori pertama dan kedua menunjukkan bahwa responden mengalami defisiensi Seng, sedangkan kategori ketiga dan keempat menunjukkan bahwa responden memiliki status Seng yang normal.
Berikut adalah diagram lingkaran analisis status Seng (Zn) dengan Metode Kecap Smith di kelas Praktikum Metabolisme Zat Gizi hari Selasa.

Gambar 1 Diagram lingkaran analisis status Seng (Zn) dengan Metode Kecap Smith
Analisis status seng (Zn) dengan Metode Kecap Smith ini menggunakan responden sebanyak 12 orang. Analisis status Seng ini dibagi menjadi empat kategori dengan kriteria yang berbeda. Kategori 1 dan kategori 2 termasuk golongan orang yang menderita defisiensi Seng (Zn), sedangkan kategori 3 dan kategori 4 merupakan golongan orang yang mempunyai status Seng normal (tidak defisiensi). Dari diagram diatas, dapat dilihat bahwa 8% responden termasuk dalam kategori 1 dan ada 67 % yang termasuk dalam kategori 2. Responden yang termasuk dalam kategori 3 ada 25%, sedangkan untuk kategori 4 tidak ditemukan pada responden yang dianalisis (0%). Hal ini menunjukkan bahwa 75% responden yang dianalisis status Seng dengan metode Kecap Smith mengalami defisiensi Seng, sedangkan yang memiliki status Seng normal hanya 25% saja.
Hasil analisis di atas menunjukkan tingkat defisiensi Seng yang banyak dialami oleh mahasiswa. Walaupun Metode Kecap Smith ini kurang begitu akurat dalam menganalisis status Seng, namun dari hasil analisis, indikasi defisiensi Seng pada mahasiswa sangat tinggi. Bila dilihat dari peranan seng yang begitu essensial bagi tubuh, defisiensi terhadap mineral ini dapat menyebabkan berbagai gangguan fungsi tubuh. Gangguan-gangguan yang terjadi yaitu, gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual, gangguan fungsi pencernaan karena gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan saluran cerna. Di samping itu dapat juga terjadi diare dan gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan seng kronis mengganggu pusat sistem saraf dan fungsi otak. Kekurangan seng juga mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indera serta rasa memperlambat penyembuhan luka dan dapat menyebabkan kekurangan tembaga (Cu) (Almatsier 2004 ).
Kecukupan gizi Seng tergantung pada bioavailabilitasnya serta keberadaan zat gizi lain dalam bahan pangan yang dapat menghambat daya cerna (serap) Seng. Kecukupan gizi seng menurut AKG tahun 2004, dikelompokkan dalam 5 kriteria dan dalam tingkatan umur yang berbeda. Kriteria dalam AKG 2004 yaitu anak-anak, pria, wanita, wanita hamil dan wanita menyusui. Pembagian kriteria dan tingkatan umur ini disebabkan kecukupan gizi seng setiap orang dengan kriteria dan umur yang berbeda akan berbeda pula kebutuhannya. Dapat dilihat pada tabel WNKPG 2004 pada tinjauan pustaka tentang kecukupan Seng untuk setiap kriteria dan tingkatan umur yang berbeda. Dalam analisis status Seng kali ini, responden yang digunakan adalah pria dan wanita yang berumur 19-20 tahun. Kecukupan gizi untuk pria berumur 19-20 tahun adalah 12,1 mg per hari, sedangkan kecukupan gizi untuk wanita berumur 19-20 tahun lebih rendah yaitu 9,3 mg per hari. Hasil analisis status seng dengan Metode Kecap Smith yang menyatakan bahwa sebagian besar responden mengalami defisiensi Seng. Hal ini berarti kecukupan gizi seng per hari yang dikonsumsi para responden ini tidaklah mencukupi atau berapa dibawah angka kecukupan.
Untuk menjaga agar zat gizi ini tercukupi dengan baik di dalam tubuh, menurut Anna dan Lilik, setiap orang perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung sumber protein karena Seng berikatan dengan asam amino, peptida dan asam nukleat. Sumber pangan utama yang memiliki kadar Seng tinggi adalah ikan, kerang, unggas, hati dan daging mengandung Seng tinggi. Sumber lainnya dengan kadar Seng sedang adalah kacang-kacangan dan produk biji-bijian kulit penuh. Sumber lain dengan kandungan Seng rendah terdapat pada buah-buahan, sayuran, serealia. Seng dari sumber nabati umumnya rendah dibanding dari sumber hewani. Selain jenis sumber pangan, pengolahan makanan dari sumber pangan tersebut juga dapat mempengaruhi ketersediaan seng. Contohnya pemanasan dapat menyebabkan Seng resisten terhadap hidrolisis (Anna dan Lilik 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada praktikum analisis status seng (zn) dengan metode kecap smith dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengalami defisiensi seng (75%). Sisanya (25%) mempunyai status seng normal. Defisiensi seng dapat menyebabkan berbagai gangguan fungsi tubuh.
Saran
Analisis status seng sangat berguna dalam penentuan kecukupan seng seseorang, oleh karena itu analisis status seng harus diuji lagi ketelitian dan keakuratan metodenya agar dapat digunakan untuk menganalisis kecukupan seng tingkat nasional. diharapkan praktikan lebih memperhatikan aturan praktikum dan tidak meninggalkan sampah di dalam laboratorium.
(aws 2011)

---

Senin, 13 Juni 2011

I sense there's something in the wind
That feels like tragedy's at hand
And though I'd like to stand by him
Can't shake this feeling that I have
The worst is just around the bend

And does he notice my feelings for him?
And will he see how much he means to me?
I think it's not to be
What will become of my dear friend
Where will his actions lead us then?
Although I'd like to join the crowd
In their enthusiastic cloud
Try as I may, it doesn't last

And will we ever end up together?

More lyrics: http://www.lyricsmode.com/lyrics/e/evanescence/#share

kadar air metode azeotroph dan oven biasa

Jumat, 10 Juni 2011

TINJAUAN PUSTAKA
Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Haryanto 1992).
Metode Oven Biasa
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Metode Destilasi
Metode destilasi adalah metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air suatu bahan pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air tinggi, dan bahan yang mudah teroksidasi. Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki ciri-ciri di atas agar pengeringan yang dilakukan tidak menghilangkan kadar air seluruhnya. Destilasi dilakukan melalui tiga tahap. (Guenther 1987).
Pelarut Xylene
Metode destilasi menggunakan suatu pelarut yang immiscible, yaitu pelarut yang tidak dapat saling bercampur dengan air dan disuling bersama-sama dari contoh yang telah ditimbang dengan teliti. Pelarut tersebut memiliki titik didih sedikit di atas titik didih air. Pelarut yang biasa digunakan adalah toluene, xylene, dan campuran pelarut-pelarut ini dengan pelarut lain. Metode ini sering digunakan pada produk-produk bahan pangan yang mengadung sedikit air atau mengandung senyawa volatil, di antaranya adalah keju biru, kopi dan bahan volatil seperti rempah-rempah yang banyak mengandung minyak volatil (Guenther 1987).
Kondensasi
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat. Sebuah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi cairan disebut kondenser. Kondenser umumnya adalah sebuah pendingin atau penukar panas yang digunakan untuk berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi, dan banyak ukurannya dari yang dapat digenggam sampai yang sangat besar (Guenther 1987).
Kondensor
Kondensor adalah salah satu yang komponen utama sistem refrigerasi. Kondensor merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengkondensasikan gas refrigeran agar gas refrigeran panas berubah menjadi cairan refrigeran dengan suhu kamar. (Abrazky, 2009)
Oven
Microwave atau gelombang mikro adalah salah satu gelombang elektromagnet dalam spektrum gelombang elektromagnet. Gelombang mikro dapat digunakan sebagai pemanas makanan karena memiliki tiga buah sifat dasar yang menjadi dasar prinsip kerja oven microwave. Pertama, gelombang mikro akan dipantulkan oleh bahan logam seperti baja atau besi. Kedua, gelombang ini dapat menembus bahan non logam tanpa memanaskannya. Terakhir adalah gelombang ini akan diserap oleh air. (Prayudi 2009)
Rempah-rempah
Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat yang digunakan dalam jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau penambah rasa dalam masakan. Banyak rempah-rempah dulunya digunakan dalam pengobatan, tetapi sekarang ini berkurang. (Wageningen University 2009)
Jahe
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa Sansekerta, singaberi. (Koswara 2007)
Tepung-tepungan
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus tergantung pemakaiannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan. (sofiya 2006)
Tepung Tapioka
Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri makanan. (Radiyati dan Agusto 2008)

METODOLOGI
Waktu `dan Tempat
Praktikum Analisis Zat Gizi Makro dengan percobaan penetapan kadar air dengan metode langsung dan destilasi dilakukan pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2011 dari jam 09.00 sampai jam 12.00. Praktikum dilaksanakan di Analisis Zat Gizi Makro Lantai 2 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah desikator, cawan metal, oven, timbangan, tabung Bidwell & Sterling atau tabung Aufhauser, kondensor, labu didih 250 ml, gegep besi, neraca analitik, dan mantel pemanas yang dihubungkan dengan pengontrol tegangan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah tepung terigu, tepung beras, tepung Meinzena, tepung Tapioka, Tepung Sagu, tepung Hunkwee, lengkuas, bawang bombay, sereh, kunyit, jahe, kencur, pelarut immiscible (Xylene), serta akuades.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar air dengan metode destilasi digunakan untuk penetapan kadar air pada bahan makanan yang banyak mengandung air, contohnya adalah rempah-rempah. Pada praktikum sampel yang digunakan adalah sereh, kunyit, kencur, lengkuas, bawang Bombay dan jahe. Rempah-rempah tersebut memiliki tekstur yang agak keras sehingga tahan pada pemanasan tinggi. Sampel-sampel tersebut mengandung banyak minyak volatil, sehingga dapat dibedakan antara air dan senyawa yang volatil. Dalam metode destilasi digunakan pelarut yaitu xylene. Sampel yang akan di destilasi sebelumnya di potong terlebih dahulu ke dalam ukuran yang lebih kecil dan halus. Hal ini dilakukan agar sel-sel pada bahan akan pecah hingga keluarnya cairan dari bahan akan lebih mudah.
Sampel kemudian ditimbang sekitar 2-3 gram dengan menggunakan alat timbang digital dan dimasukkan ke dalam labu asah. Pelarut xylene diukur sebanyak 75 ml dengan gelas ukur dan kemudian dicampurkan ke dalam labu asah bersama sampel. Setelah itu labu asah akan dihubungkan dengan tabung Aufhauser dan kondensor, kemudian dipanaskan.
Tabung aufhauser berfungsi untuk menampung air yang sudah dipisahkan dengan sampel. Alat dihubungkan dengan kondensor yang berfungsi mengubah fase suatu zat dari uap menjadi cair. Selain itu, kondensor dihubungkan bertujuan agar suhu cepat turun. Pada labu didih yang telah di destilasi didinginkan hingga suhu sekitar 25˚C dan pastikan semua air berada dalam tabung Aufhauser, ini bertujuan agar pembacaan volume air tepat. Pada akhir destilasi penambahan pelarut pada kondensor berfungsi agar tidak ada lagi air yang menempel pada kondensor. Setelah volume air di baca, persentase kadar air dapat di tentukan. Berikut ini tabel persentase kadar air.
Tabel 2 Hasil penetapan kadar air dengan metode destilasi (metode azeotroph)
No Sampel Berat Sampel % air
1 Lengkuas 2,0439 92,96 %
2 Bawang Bombay 2,0270 66,60 %
3 Sereh 2,1154 14,18 %
4 Kunyit 2,1806 68,79 %
5 Jahe 2,1813 64,18 %
6 Kencur 2,0285 78,88 %
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi dari seluruh sampel rempah yang digunakan adalah lengkuas sebanyak 92,96% kadar airnya. Adapun dengan persentase terkecil ialah sereh sebanyak 14,18%.
Tabel 3 Hasil penetapan kadar air Jahe dengan metode destilasi
Sampel Berat Sampel % air
Jahe 2,1813 64,18 %
Pada praktikum ini, kelompok kami menggunakan sampel jahe. Dari hasil percobaan yang dilakukan, sebanyak 2,1813 gram jahe yang telah dihaluskan dan dicampurkan dengan xylene kemudian diukur kadar airnya dengan metode destilasi, kadar air jahe diperoleh sebanyak 64,18% melalui perhitungan dengan rumus.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
metode pemanasan langsung yang dipanaskan pada suhu tertentu menyebabkan semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Berat konstan ini dapat digunakan untuk menghitung kadar air suatu bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia.
Metode destilasi adalah metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air suatu bahan pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air tinggi, dan bahan yang mudah teroksidasi. Bahan tersebut mengandung banyak minyak volatil, sehingga dapat dibedakan antara air dan senyawa yang volatil. Air yang terpisahkan dari volatil dapat digunakan untuk menghitung kadar airnya.
Saran
Diharapkan persiapan alat dan bahan yang lebih matang sebelum terlaksananya praktikum. tingkatkan keseriusan dan konsentrasi dalam praktikum agar hasil yang didapatkan lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Abrazky. 2009. Kondensor. Terhubung Berkala. http://bluekuthuq.blogspot.com/ 2009/06/kondensor.html (7 Maret 2011)

Anwar C.1994. Penuntun Praktikum Kimia Organik. FMIPA Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemistry. 14th Ed. Virginia : AOC, Inc.

Guenther E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Terjemahan : S. Keteren. Jakarta : UI Press.

Haryanto B. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta : Kanisius.

Prayudi. 2009. fungsi oven. Terhubung berkala. http://www.e-dukasi.net/ index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Pengetahuan%20Populer/view&id=114&uniq=333 (7 Maret 2011)

Sofiya .2006. Jenis-Jenis Tepung dan Kegunaannya. terhubung berkala. http://alkiram.net/salam/2006/08/31/jenis-jenis-tepung-dan-kegunaannya/ (7 Maret 2011)

Sutrisno koswara .2007. Jahe. terhubung berkala. http://www.ebookpangan.com /ARTIKEL/JAHE,%20RIMPANG%20DENGAN%20BERBAGAI%20KHASIAT.pdf (7 Maret 2011)

Tri Radiyati dan Agusto, W.M. 2008. Tepung tapioka (perbaikan). Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI, 1990 Hal. 10-13.

Wageningen University. 2009. spices. Terhubung berkala. http://www.food info.net/id/products/spices/intro.htm (7 Maret 2011)

LAMPIRAN
Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 3 Hasil pengamatan berat sampel dan cawan pada penetapan kadar air metode oven biasa (pemanasan langsung)
No Nama Sampel No Cawan Berat Cawan Berat Sampel Berat Sampel Sebelum Dikeringkan Berat Cawan+Sampel Setelah Dikeringkan Kadar Air (%)
1 Tepung beras 30 5,4868 2,0275 7,5143 7,2604 12,52
5 6,2898 2,0030 8,2928 8,0605 11,60
2 Tepung Terigu 60 6,1488 2,1129 8,2617 8,0227 11,31
99 5,4335 2,0731 7,5066 7,2731 11,26
3 Tepung tapioka 139 5,5695 2,0391 7,6086 7,3705 11,68
111 5,8789 2,0151 7,8940 7,6578 11,72
4 Tepung Sagu 120 5,6442 2,0593 7,7035 7,4517 12,23
128 6,8896 2,0147 8,9043 8,6543 12,41
5 Tepung Maizena 203 5,5505 2,0430 7,5935 7,3247 13,16
47 5,9156 2,0261 7,9411 7,7077 11,52
6 Tepung Hunkwee 42 6,0526 2,0684 8,1210 7,8324 13,95
52 5,9377 2,0453 7,9830 7,7092 13,39
Tabel 4 Hasil pengamatan kadar air dengan metode destilasi (metode azeotroph)
No Sampel Berat Sampel H2O Hasil Pembacaan Kadar Air (%)
1 Sereh 2,1154 0,3 14,18
2 kunyit 2,1806 1,5 68,79
3 Kencur 2,0285 1,6 78,88
4 Jahe 2,1813 1,4 64,18
5 Bawang bombay 2,0270 1,35 66,60
6 Lengkuas 2,0439 1,9 92,96
Contoh Perhitungan
1. Perhitungan kadar air metode oven biasa (pemanasan langsung)
a. Tepung tapioka cawan nomor 139
% air =
= x 100% = 11,68 %
b. Tepung tapioka cawan nomor 111
% air =
= x 100% = 11,72 %
c. Rata-rata % air dalam tepung tapioka
Rata-rata % air = = 11,70 %
2. Perhitungan kadar air metode destilasi pada jahe
% air =
= 1 x x 100% = 64,18 %

Pembagian Tugas kelompok 5 dalam Pembuatan Laporan tentang Penetepan Kadar Air
Agustino I14090057  Pembahasan dan kesimpulan, saran
Babang Yusuf I14090067  Pendahuluan dan pembahasan
Evi Astuti Widya S I14090119 Cover, tinjauan pustaka, metodologi, daftar pustaka, lampiran

lemak soxhlet

TINJAUAN PUSTAKA
Lemak
Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid (termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau sebaliknya ketidaklarutannya dalam pelarut air. Lemak secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Terdapat dua jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Lemak jenuh terdapat pada pangan hewani (Makdoeld 2002)
Soxhlet
Soxhlet merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengekstrak suatu bahan dengan pelarutan yang berulang-ulang dengan pelarut yang sesuai. Sampel yang akan diekstraksi ditempatkan dalam suatu timbel yang permeabel terhadap pelarut dan diletakkan di atas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di atas sampel. Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel dan diakumulasi sekeliling timbel. Setelah sampai batas tertentu, pelarut akan kembali masuk ke dalam tabung destilasi secara otomastis. Proses ini berulang terus dengan sendirinya di dalam alat terutama dalam peralatan Soxhlet yang digunakan untuk ekstraksi lipida (Wirakusumah 2007).
Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Awalan heks- merujuk pada enam atom karbon yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. N-heksana merupakan jenis pelarut organik. Fungsi dari heksana adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi 1997).
Biskuit
Biskuit merupakan salah satu kue kering yang popular dan digemari. Inti pembuatan kue kering adalah pencampuran antara tepung dan air yang dijadikan adonan, kemudian ditambah dengan bahan yang mengandung lemak agar renyah. Jumlah dan jenis lemak yang dipakai tergantung pada jenis biskuit atau kue kering yang akan dibuat (Muaris 2007).
Kandungan lemak per takaran saji dari setiap biskuit berbeda-beda. Go Potato merupakan biskuit yang terbuat dari bahan kentang asli tanpa melalui penggorengan. Berdasarkan Nutrition Fact, lemak yang terkandung dari Go Potato adalah sebesar 4 gram untuk setiap takaran saji seberat 33 gram dan memiliki persentase AKG lemak sebesar 7% berdasarkan kebutuhan energy 2000 kkal.
Angka Kecukupan Lemak Per Hari
Berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi Indonesia tahun 2004, angka kecukupan lemak per hari tidak dicantumkan dalam tabel tersebut. Lemak sehari dibutuhkan oleh tubuh sebesar 10-25% dari kecukupan energi sehari. Angka kecukupan energi dari lemak pada setiap orang berbeda-beda karena beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi adalah umur, jenis kelamin, kondisi khusus (sakit, pemulihan, hamil, menyusui), faktor aktivitas dan lain-lain.

METODOLOGI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar lemak dalam suatu bahan pangan perlu diketahui untuk mengetahui besaran kandungan lemak pada pangan tersebut. Mengekstrak lemak dalam analisa lemak cukup sulit. Pada waktu ekstrak dengan pelarut lemak, akan terekstrak pula bahan-bahan lain yang juga larut lemak seperti fosfolipid, sterol, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, klorofil dan lain-lain. Oleh karena itu dalam analisis, lemak ditetapkan sebagai lemak kasar. Dari berbagai analisis lemak yang ada,dapat dikelompokan atas dua kelompok umum yaitu metode ekstraksi kering (dry extraction method) dan metode ekstraksi basah (wet extraction method).
Prinsip dari metode ekstraksi lemak kering adalah mengeluarkan lemak (dan senyawa larut lemak lainnya) dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous. Pelarut yang digunakan harus benar-benar bebas air agar bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Alat yang digunakan yaitu soxhlet. Menurut Kanisius (2002), soxhlet merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengekstrak suatu bahan dengan pelarutan yang berulang-ulang dengn pelarut yang sesuai. Sampel yang akan diekstraksi ditempatkan dalam suatu timbel yang ermeable terhadapa pelarut dan diletakkan di atas tabung destilasi, dididihkan dan dikondensaasikan di atas sampel. Kondesat akan jatuh ke dalam timbel dan merendam sampel dan diakumulasi sekeliling timbel; setelah sampai batas tertentu, pelarut akan kembali masuk ke dalam tabung destilasi secara otomastis.
Pelarut yang digunakan salah satunya adalah heksana. Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 dan mempunyai warna jernih. N-heksana merupakan jenis pelarut organik. Fungsi dari heksana adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi 1997).
Metodologi percobaan ini diantaranya, labu lemak yang akan dipakai dikeringkan dahulu pada oven dengan suhu 1050C selama 30 menit dan setelah itu didinginkan di desikator selama 20 menit. Sampel ditimbang seberat 3 gram dan dibungkus serta diikat. Sampel tadi dimasukkan ke dalam soxhlet, lalu dituangkan pelarut secukupnya. Sampel tadi diekstrak sampai lemak terpisah pada labu lemak dan dinginkan labu lemak, lalu ditimbang. Pereaksi yang digunakan adalah hexane yang berwarna jernih. Setelah pelarut dimasukkan ke dalam soxhlet, warna pelarut akan berubah menjadi kuning. Warna kuning ini menunjukkan dalam sampel tersebut terkandung lemak di dalamnya. Setelah lemak terekstrak seluruhnya, pelarut akan berubah kembali menjadi jernih. Berikut hasil percobaan dengan metode soxhlet.
Tabel 1 Kadar lemak sampel
sampel % lemak
Go potato 20.12%
Ritz 29.58%
Arrow Brand 18.22%
Roma 19.23%
Khong Guan 12.06%
Hasil pengukuran kadar lemak dengan metode soxhlet dapt diliht pada tabel 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai kadar lemak yang paling tinggi diantara kelima sampel adalah Ritz, yaitu sebesar 29.58%. Hal ini disebabkan karena kandungan lemak pada Ritz memiliki kandungan lemak yang lebih besar dibandingkan sampel yang lain. Sampel Ritz juga mengandung keju yang memiliki kandungan lemak cukup tinggi. Sampel yang memliki kadar lemak paling rendah diantara kelima sampel adalah Khong Guan (12,06%). Hal ini disebabkan karena sampel yang diambil merupakan biskuit yang tidak mengandung banyak lemak.
Tabel 2 Hasil kadar lemak sampel Go Potato
sampel % lemak Konversi gram
Go potato 20.12% 6.6396
Sampel yang diteliti oleh kelompok kami adalah Go Potato. Perbandingan hasil pengukuran kadar lemak sampel Go Potato dengan Nutrition Facts adalah sebagai berikut. Kadar lemak pada Nutrition Facts menunjukkan sebesar 7 % atau 4 gram dalam takaran saji 33 gram. Kadar lemak pada hasil uji sampel sebesar 20.12 % atau sebesar 6.6396 gram. Hasil tersebut didapat dari 20.12 % dikali takaran saji sebesar 33 gram. Kadar lemak sampel yang diujikan lebih besar dengan Nutrition Facts. Hal ini disebabkan karena kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran kadar lemak sampel. Kesalahan tersebut berupa jumlah sampel yang tidak tepat, waktu penekstraksiaan yang tidak tepat dan waktu pendinginan yang tidak tepat, serta kemungkinan ada beberapa zat lain yang terekstraksi sebagai lemak sehingga kadar lemak yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan Nutrition Facts.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
berdasarkan hasil dari percobaan penetapan kadar lemak denganmetode soxhlet adalah kadar lemak yang paling tinggi dari kelima sampel adalah Ritz. . Hal ini disebabkan karena sampel yang diambil merupakan biskuit yang mengandung banyak lemak. Kadar lemak sampel (Go Potato) yang diujikan lebih besar dengan nutrition facts. Hal ini disebabkan karena kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran kadar lemak sampel, serta kemungkinan ada beberapa zat lain yang terekstraksi sebagai lemak sehingga kadar lemak yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan Nutrition Facts.
Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih memahami prosedur dan tidak membuat keramaian serta lebih memperhatikan penjelasan asisten.

DAFTAR PUSTAKA
Mahmudi M. 1997. Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam Phospat Menggunakan Cara Ekstraksi Cair-Cair dengan Solven Campuran Isopropanol dan n-Heksane. Semarang: Universitas Diponegoro

Makfoeld Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Gizi. Yogyakarta : Kanisus

Muaris Hindah. 2007. Healthy Cooking Biskuit Sehat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Wirakusumah. 2007. kadar lemak. Jakarta : Penyebar Swadaya

LAMPIRAN
Tabel 1 Kadar Lemak Sampel
sampel S A B % lemak
go potato 3.0039 38.9475 39.5518 20.12%
Ritz 3.0597 51.8700 52.7750 29.58%
Arrow Brand 3.0036 39.1320 39.6793 18.22%
Roma 3.0931 50.9650 51.5597 19.23%
Khong Guan 3.0754 51.6318 52.0028 12.06%

Perhitugan (Go Potato)
% lemak/100 gram = B - A x 100 %
S
lemak/100 gram = 39.5518 - 38.9475 x 100 % = 20.12%
3.0039
Keterangan :
B : berat labu dan sampel (berat akhir)
A : berat labu
S : berat sampel

Pembagian Tugas Kelompok Empat :
1. Quratu Aini : Cover, Pendahuluan, Metodologi dan Daftar Pustaka
2. Aji Nugraha : Pembahasan
3. Babang Y : Pembahasan, Kesimpulan dan Saran
4. Agustino : Tinjauan Pustaka dan Daftar Pustaka
5. Evi A W S : Lampiran, Kesimpulan dan Saran, dan Editing
HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil dan pembahasan

Protein merupakan biomolekul berukuran besar yang tersusun atas sejumlah L--asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida, dan membentuk struktur tiga dimensi yang tertentu (konformasi asli). Penetapan kadar protein secara akurat merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena protein membentuk grup yang beragam dan komplek, sifat amfoterik dari protein, kemampuan mengabsorbsi yang tinggi serta sensitifitas protein terhadap elektrolit, panas, ph, pelarut. Keberadaannya dalam suatu sampel data diketahui secara kualitatif maupun kuantitatif.teknik analisis protein telah berkembang pesat seperti teknik spektrofotometri (Biuret, Lowry. Coomassie Blue, Bicinchoninic Acid), SDS-PAGE( Sodium Dodecyl Sulfate-Polyacrylamide Gel Electrophoreis), ELISA (Enzyme Link Immunosorbent Assay) dan Western Blotting.
Praktikum kali ini, teknik spektrofotometri yaitu Metode Lowry yang akan digunakan untuk menganalisis kadar protein albumin telur. Metode Lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Metode ini terdiri dari dua reaksi. Awalnya, kompleks Cu2+-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret dimana Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+ dalam suasana alkalis.
Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat- Phos[hotungstat ((phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropolymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu triptofan dan tirosin-nya. Keuntungan metode Lowry adalah 100 kali lebih sensitif daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/ml. Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya. (Dennison 2002).
Bahan sumber protein yang diukur kadar proteinnya pada praktikum adalah putih telur atau albumin. Larutan yang diamati pada praktikum kali penetapan kadar protein metode Lowry ini ada tiga jenis, yaitu larutan standar dari bovin serum albumin, larutan albumin, dan blanko. Larutan albumin dibuat dengan mengencerkan 0,5 gram albumin dengan faktor pengenceran 250 kali.
Larutan standar yang digunakan adalah 0,0125 gram bovin serum albumin. Sementara blanko sebagai penetral saat pengukuran di spektrofotometer. Pereaksi yang dibutuhkan, antara lain pereaksi A yang terdiri dari 50 ml Na2CO3 2% dalam naoh 0,1N yang ditambah 1 ml cuso4 0,5% dalam Na - tartrat 1% dan pereaksi B yaitu pereaksi Folin Wu. Pereaksi A berperan dalam pereduksian Cu2+ menjadi Cu+. Pereaksi B mengakibatkan Cu+ mereduksi reagen Folin Wu yang membuat larutan berwarna biru karena reaksi rantai samping asam amino yang terkatalis Cu. Warna biru itulah yang diukur nilai absorbansinya sebagai kandungan triptofan dan tirosin. Praktikum ini menggunakan alat spektrofotometri untuk mengukur absorbsi (penyerapan) cahaya dengan energi (panjang gelombang). Nilai absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 650 nm.
Pembuatan larutan standar atau Larutan bovin serum albumin diambil beberapa ukuran: 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml, 1,2 ml, dan 1,8 ml lalu ditambahkan akuades kemudian ditambahkan dengan 5,5 ml pereaksi A, diaduk, dan didiamkan selama 15 menit. Lalu ditambahkan 0,5 ml pereaksi B, dicampur, dan didiamkan selam 30 menit sampai terlihat berwarna biru. Larutan albumin sebagai contoh diambil 4 ml, kemudian ditambahkan dengan 5,5 ml pereaksi A, diaduk, dan didiamkan selama 15 menit. Lalu ditambahkan 0,5 ml pereaksi B, dicampur, dan didiamkan selam 30 menit sampai terlihat berwarna biru. Khusus larutan blanko, hanya 4 m aquades saja tanpa penambahan peraksi apapun.
Rentang absorbansi larutan standar pada praktikum kali ini adalah 0,031 – 0,711. Sedangkan rentang absorbansi larutan contoh yaitu 0,101 – 0,281. Hal ini menunjukan bahwa hasil absorbansi larutan contoh sesuai karena berada dalam rentang absorbansi standar. Berdasarkan nilai konsentrasi dan absorbansi larutan standar, diperoleh grafik y = 1.870x – 0.152 dan r2 sebesar 0,9650. Hasil yang didapatkan dalam praktikum ini sangat baik karena nilai r2 yang didapatkan mendekati angka 1.








Gambar 1 kurva absorbansi larutan standar bovin albumin
Contoh Absorbansi Kadar protein
4 0,208 8,9342%
Tabel 1 kadar protein contoh kelompok 4
Persamaan kurva standar merupakan pedoman menentukan kadar protein. Berdasarkan hasil pengolahan data absorbansi contoh kelompok 4, didapatkan kadar protein albumin telur pada contoh sebesar 8,9342%. Sedangkan Kadar protein putih telur (albumin) berdasarkan literatur adalah 13%. Kadar protein larutan albumin kelompok 4 dengan literatur ini berbeda agak jauh. Ketepatan yang didapat pada praktikum ini adalah 68,72%. Hal ini dapat disebabkan karena pembuatan larutan albumin contoh yang kurang homogen, penenceran yang kurang merata, kesalahan menera labu takar sehingga hasil akhir yang didapatkan kurang akurat dan protein yang terukur kurang maksimal.










KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum penetapan kadar protein metode Lowry, dapat disimpulkan bahwa kadar protein dapat dianalisis dengan metode Lowry. Kadar protein larutan albumin contoh kelompok 4 adalah 8,9342%. Ketepatan yang didapat pada praktikum ini adalah 68,72%.
Saran
Praktikan diarapkan dapat memahami tujuan, prinsip dan prosedur praktikum sebelum melaksanakan praktikum agar proses pelaksanaan praktikum menjadi lancar dan mendapatkan hasil yang lebih akurat.

























LAMPIRAN
Tabel
Tabel 1 Absorbansi Sampel (Standar)
Sampel Konsentrasi (mg/ml) Absorbansi
0.4 0.10 0.031
0.6 0.15 0.196
0.8 0.20 0.159
1.2 0.30 0.384
1.8 0.45 0.711

Tabel 2 Absorbansi contoh
Contoh Absorbansi
1 0.152
2 0.101
3 0.179
4 0.208
5 0.139
6 0.281
Contoh Perhitungan
Faktor pegenceran = 50 x 100 = 250
5 4
berat contoh 4 = 538,7000 mg
persamaan linear = y = 1.870x – 0.152
0.208 = 1.870x – 0.152
1.870x = 0.208 + 0.152
x = 0.360 : 1.870
x = 0.1925
Mg protein = X x fp x 100%
100 gram bahan Mg berat contoh

Mg protein = 0.1925 x 250 x 100% = 8,9342%
100 gram bahan 538,7000

ketepatan = 1 - x teoritis - x x 100% =
x teoritis

ketepatan = 1 - 13 % - 8,9342% x 100% = 68,72%

laporan azg kelompok 4
(agustino, aws, nugraha, dan yusup 2011)

laporan pengabuan azg kelompok 4 Kamis

Laporan Praktikum ke-13 Tanggal mulai: 10 Mei 2011
M.K. Analisis Zat Gizi Makro Tanggal selesai:10 Mei 2011



PENETAPAN KADAR ABU BAHAN PANGAN DENGAN METODE GRAVIMETRI

Oleh :
Kelompok 4B
Agustino I14090057
Babang Yusup I14090067
Evi Astuti W S I14090119
Aji Nugraha I14090114



Asisten Praktikum :
Panji Azahari
Adiarti Nursasanti

Penanggung Jawab Praktikum :
Prof. Ahmad Soleman















DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kandungan mineral dalam pangan dapa dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu unsur makro, unsur mikro dan trace element (unsur jarang). Pada analisis pengukuran mineral ini lebih dikenal dengan analisis abu. Abu merupakan residu sari suatu bahan pangan berupa bagian anorganik yang tersisa setelah bahan organik dalam makanan didestruksi. Analisis kadar abu ini adalah bagian dari analisis secara proksimat, suatu analisis yang menetapkan kadar air, karbohidrat, lemak, protein dan abu secara kasar. Kadar mineral ditetapkan dengan dari kadar abu suatu bahan makanan pada suhu 500-600˚C. Sisa dari hasil pembakaran tersebut merupakan bagian yang mengandung mineral dari bahan pangan (Anonim 2009).
Kandungan bahan pangan yang mengandung kadar abu yang tinggi dapat menjadi indikator suatu tindakan pemalsuan atau penituan kualitas suatu produk bahan pangan. Misalnya adalah kandungan abu yang tidak larut asam yang tinggi merupakan indikator bahwa bahan pangan memiliki banyak jumlah pasir dan silika. Dalam prosedur, penetapan akan melewati tahap destruksi bahan organik. tahap ini akan dikenal adanya prosedur pengabuan basah dan pengabuan kering. Karakteristik dari pengabuan basah dapat berupa suhunya lebih rendah, lebih cepat, sedikit volatil, dan sebagainya. Sedangkan pada pengabuan kering suhuny lebih tinggi, lebih lama waktunya, dan banyak terdapat volatil (Anonim 2009).
Pada praktikum kali, bahan pangan yang digunakan adalah produk crackers, yaitu khong guan, go potato, roma, arrow brand, butter crackers dan ritz. Penetapan kadar abu bahan pangan akan dilakukan dengan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Darusman 2001).
Tujuan
Praktikum kali bertujuan untuk menetapkan kadar abu berbagai jenis biskuit dengan metode gravimetri.

TINJAUAN PUSTAKA
Kadar Abu
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Kadar abu ditentukan berdasarkan kehilangan berat setelah pembakaran dengan syarat titik akhir pembakaran dihentikan sebelum terjadi dekomposisi dari abu tersebut (Sudarmadji 2003).
Pengabuan dan Pengarangan
Pengarangan merupakan salah satu tahapan dalam analisis kadar abu. Pengarangan dilakukan sebelum bahan uji diabukan. Pengarangan dilakukan dengan cara memanaskan bahan uji dalam cawan porselen di atas api. Hal ini dilakukan untuk menguapkan zat organik dalam bahan pangan (Khopkar 2003).
Pengabuan adalah tahapan utama dalam proses analisis kadar abu suatu bahan. Pada tahap ini menggunakan tanur. Terdapat 3 jenis pengabuan, yaitu pembakaran dalam tanur, pembakaran api terbuka, dan wet combustion. Pada analisis kadar abu dan serat seringkali digunakan jenis pengabuan dalam tanur. Pengabuan sering memerlukan waktu yang lama untuk mempercepat proses pengabuan dapat dilakukan beberapa cara yaitu menambah bahan dengan kwarsa murni sebelum pengabuan untuk memperluas permukaan dan menambah porositas, menambahkan gliserol-alkohol sehingga akan terbentuk kerak yang porosus dan proses oksidasi semakin cepat, dan menambahkan hydrogen peroksida untuk mempercepat oksidasi (Khopkar 2003).
Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan pendekatan analisis komponen kimia untuk melakukan identifikasi karbohidrat, protein, lemak, mineral (abu), dan air dalam bahan pangan. Kadang juga diukur juga kandungan serat kasar sehingga bila kadar serat dikurangkan maka diperoleh total karbohidrat tanpa serat kasar yang dikenal sebgan Nitrogen Free Extract (NFE) (Khopkar 2003).
Cawan Porselen
Cawan porselen adalah salah satu jenis cawan yang digunakan di laboratorium. Cawan biasanya digunakan sebagai wadah suatu bahan yang dipanaskan dalam suhu yang sangat tinggi. Fungsi cawan porselen adalah untuk menempatkan sampel pada proses penimbangan dalam analisis dan wadah dalam pemanasan suhu tinggi. Aplikasi penggunaan cawan porselen adalah Analisis Kadar Abu dan Analisis Kuantitatif mineral. Ukuran cawan yang tersedia adalah 30 ml sampai 50 ml (Dainith 1994).
Desikator
Desikator adalah wadah untuk mengeringkan zat atau menjaganya dari kelembapan udara. Desikator sederhana laboratorium terdiri dari wadah kaca berisi bahan pengering seperti silikat gel. Desikator dapat divakumkan bila tersedia cerap pada tutupnya. Apilkasi penggunaan desikator adalah Analisis kadar air, abu, serat pangan, serat kasar, pektin, dan berbagai analisis metode gravimetri (Dainith 1994).
Kadar Abu Sampel
Kadar abu biskuit dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah mg. Biskuit merupakan salah satu kue kering yang popular dan digemari. Inti pembuatan kue kering adalah pencampuran antara tepung dan air yang dijadikan adonan, kemudian ditambah dengan bahan yang mengandung lemak agar renyah. Jumlah dan jenis lemak yang dipakai tergantung pada jenis biscuit atau kue kering yang akan dibuat (Muaris 2007). Go Potato merupakan biscuit yang terbuat dari bahan kentang asli tanpa melalui penggorengan.
Gravimetri
Gravimetri adalah metode analisis kimia secara kuantitatif dimana jumlah analit ditentukan dengan mengukur bobot substansi murni yang hanya mengandung analit (Skoog 2004). Penentuan kadar zat berdasarkan pengukuran berat analit atau senyawa yang mengandung analit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode pengendapan melalui isolasi endapan sukar larut dari suatu komposisi yang tak diketahui dan metode penguapan dimana larutan yang mengandung analit diuapkan, ditimbang, dan kehilangan berat dihitung (Harvey 2000). Berdasarkan cara mengukur fase, gravimetri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gravimetri evolusi langsung dan gravimetri evolusi tidak langsung. Gravimetri evolusi langsung berfungsi untuk mengukur fase gas secara langsung, sedangkan gravimetri evolusi tidak langsung berfungsi untuk mengukur fase gas dan fase padat dari padatan yang terbentuk (Skoog 2004).







METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum analisis zat gizi makro mengenai penetapan kadar abu pada bahan pangan dengan metode Gravimetri ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 12 Mei 2011 di Laboratorium Analisis Zat Gizi Makro, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum penetapan kadarabu pada bahan pangan adalah cawan porselen, mortar, alat penggerus, tanur dan penjepit. Bahan yang digunakan sebagai percobaan adalah berbagai macam biskuit diantaranya cream cracker roma, cream cracker arrow brand, cream cracker khong guan, go potato, butter cracker, dan ritz.
Prosedur Percobaan
Kandungan abu dari suatu bahan pangan menunjukkan residu bahan organic yang tersisa setelah bahan organik dalam makanan didestruksi. Dalam analisis proksimat, kadar mineral ditentukan dengan menetapkan kadar abu dari bahan pangan. Berikut ini prosedur kerja penetapan kadar abu pada bahan pangan :





















x
x











Bagan 1 Prosedur kadar abu
















PEMBAHASAN
Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam sampel Go Potato. Menurut Sudarmadji (2003), abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Abu berasal dari suatu bahan yang dibakar/dipanaskan pada suhu 500-6000C selama beberapa waktu. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Kadar abu ditentukan berdasarkan kehilangan berat setelah pembakaran dengan syarat titik akhir pembakaran dihentikan sebelum terjadi dekomposisi dari abu tersebut (Sudarmadji 2003).
Pengukuran kadar abu pada praktikum kali ini mengggunakan metode Gravimetri. Gravimetri adalah metode analisis kimia secara kuantitatif dimana jumlah analit ditentukan dengan mengukur bobot substansi murni yang hanya mengandung analit (Skoog 2004). Penentuan kadar zat berdasarkan pengukuran berat analit atau senyawa yang mengandung analit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode pengendapan melalui isolasi endapan sukar larut dari suatu komposisi yang tak diketahui dan metode penguapan dimana larutan yang mengandung analit diuapkan, ditimbang, dan kehilangan berat dihitung (Harvey 2000). Berdasarkan cara mengukur fase, gravimetri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gravimetri evolusi langsung dan gravimetri evolusi tidak langsung. Gravimetri evolusi langsung berfungsi untuk mengukur fase gas secara langsung, sedangkan gravimetri evolusi tidak langsung berfungsi untuk mengukur fase gas dan fase padat dari padatan yang terbentuk (Skoog 2004).
Sebelum pada tahap pengabuan, dilakukan tahap pengarangan terlebih dahulu. Pengarangan dilakukan dengan cara memanaskan bahan uji dalam cawan porselen di atas api. Hal ini dilakukan untuk menguapkan zat organik dalam bahan pangan (Khopkar 2003). Pengabuan adalah tahapan utama dalam proses analisis kadar abu suatu bahan. Pada tahap ini menggunakan tanur. Pengabuan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menambah bahan dengan kwarsa murni sebelum pengabuan untuk memperluas permukaan dan menambah porositas, menambahkan gliserol-alkohol sehingga akan terbentuk kerak yang porosus dan proses oksidasi semakin cepat dan menambahkan hidrogen peroksida untuk mempercepat oksidasi (Khopkar 2003).
Kadar abu yang ditentukan dari sampel, sebelumnya ditimbang dahulu agar mengetahui jumlah sampel yang diujikan. Sampel dibakar dahulu di luar dengan bunsen (api kecil) untuk menghindari penguapan partikel-partikel ringan yang menguap bila langsung ke tanur. Menambahkan campuran gliserol-alkohol bertujuan untuk membentuk kerak yang prorous sehingga proses oksidasi menjadi cepat. Penambahan hydrogen peroksida bertujuan untuk mempercepat proses oksidasi bahan. Kadar abu ditentukan berdasarkan kehilanganberat setelah pembakarandengan syarat titik akhir pembakaran dihentikan sebelum terjadi dekomposisi dariabu tersebut. Misalnya, suhu terlalu tinggi menghasilkan komponen dekomposisi sehingga menguap. Oleh karena itu suhu perlu diperhatikan.
Sampel yang digunakan dalam praktikum penetapan kadar abu ini adalah sampel biskuit-biskuitan. biskuit yang digunakan adalah M. Roma, Arrow Brand, Khong Ghuan, Go Potato, M.Oops, dan Ritz. kelompok empat mendapat bagian untuk mengukur kadar abu pada biskuit Go Potato. hasil perhitungan kadar abu pada biskuit dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1 Hasil kadar abu biskuit
Kelompok Sampel Biskuit % abu
1 M. Roma 1270.62%
2 Arrow Brand -502.76%
3 Khong Ghuan 608.72%
4 Go Potato -236.18%
5 M. Oops 305.26%
6 Ritz -204.17%
Berdasarkan tabel hasil kadar abu di atas, dapat dilihat bahwa biskuit M. Roma merupakan biskuit yang mimiliki kadar abu paling tiggi dibandingkan dengan biskuit sampel yang lain yaitu 1270,62%. Sedangkan biskuit dengan kadar abu terkecil adalah Arrow Brand yang memiliki kadar abu sebesar -502,76%. Biskuit yang diteliti oleh kelompok empat yaitu biskuit Go Potato memiliki kadar abu yang rendah pula yaitu -236,18%. Tingginya kadar abu pada suatu bahan makanan menunjukkan bahwa makanan tersebut kurang baik dalam segi keaslian bahan dan diduga terjadi pemalsuan dalam makanan tersebut. karena kadar abu dalam suatu bahan pangan berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.
Percobaan pengukuran kadar abu dengan metode gravimetri ini dapat dikatakan kurang berhasil karena data yang diperoleh dari percobaan ini sangat tidak memungkinkan dimana berat cawan porselin beserta abu lebih kecil dibandingkan dengan berat cawan kosong. Hal ini terjadi pada tiga biskuit sampel dari enam biskuit yang diuji keseluruhan. Kesalahan ini terjasi karena beberapa faktor seperti, kesalahan dalam pengarangan, ketidaktelitian dalam mengukur berat, kurang memperhatikan prosedur yang telah ditetapkan, kesalahan paralaks dan lain-lain. Karena data akhir dari percobaan ini mengalami kesalahan, maka hasil perhitungan kadar abu dalam sampel biskuit ini juga mengalami kesalahan. Dapat dilihat pada tabel hasil kadar abu pada biskuit di atas, bahwa terdapat 3 dari 6 sampel yang memiliki kadar abu yang berada dikisaran di bawah nol (negatif). Hal ini sangat tidak mungkin terjadi, karena disetiap bahan pangan, pasti terdapat kadar abu di dalamnya dan tidak akan mungkin bernilai negatif. Terdapat pula 2 dari 6 sampel yang mempunyai kadar abu melebihi 100%. Sedangkan pada biskuit M. Roma, tidak diketahui berat cawan awalnya karena kehilangan data oleh salah satu kelompok sehingga kadar abu pada bahan tersebut tidak dapat dihitung.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pengukuran kadar abu pada sampel biskuit-biskuit dapat disimpulkan bahwa kadar abu pada bahan pangan berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu suatu bahan pangan, samakin buruk kualitas dari bahan pangan tersebut. Pada sampel biskuit yang diuji, M Roma memiliki kadar abu paling besar sedangkan Arrow Brand memiliki kadar abu paling sedikit.
Saran
Disarankan pada para praktikan agar lebih mematuhi GLP dan memahami secara cermat prosedur percobaan. Diharapkan seluruh praktikan juga mencatat setiap hasil dari percobaan ini agar tidak ada kehilangan data dan menyebabkan kesulitan dalam perhitungan penentuan data hasil akhir dari percobaan.

DAFTAR PUSTAKA
Dainith John. 1994. Kamus Kimia Lengkap. Edisi baru. Jakarta : Erlangga.

Darusman L K. 2001. Diktat Kimia Analitik 1 jilid 1. Bogor: Departemen Kimia FMIPA-IPB.

Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI – Press.

Muaris Hindah. 2007. Healthy Cooking Biskuit Sehat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Skoog Douglas et al. 2004. Fundamental of Analytical Chemistry. Singapura: Thomson Learning.

Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.



LAMPIRAN
Tabel 2 Hasil pengamatan pengabuan sampel biskuit
Sampel Biskuit Berat cawan (gr) Berat sampel (gr) Berat cawan+abu (gr) berat abu
(gr) % abu
M. Roma 0.0000 1.0807 14.8397 - -
Arrow Brand 23.2687 1.0541 17.6825 -5.29955 -502.76%
Khong Ghuan 20.0650 1.0197 26.3944 6.20712 608.72%
Go Potato 25.0776 1.1630 21.8831 -2.74678 -236.18%
M. Oops 18.5555 1.1810 22.8131 3.60508 305.26%
Ritz 23.7051 1.1062 21.2068 -2.25847 -204.17%

Contoh perhitungan :
Berat abu sampel biskuit go potato = (berat cawan +abu)-berat cawan kosong/ berat sampel
= 21.8831-25.0776/ 1.1630 = -2.74678

% abu = x 100%
= -2.74678/ 1.1630 x 100%
= -236.18%

Pembagian tugas Kelompok empat :
Babang : Pembahasan dan Kesimpulan dan Saran
Agus : Cover, Pendahuluan, Metodologi
Aji : Tinjauan Pustaka, Daftar Pustaka
Evi: Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Lampiran, Finishing

Glutamat Piruvat transaminase dan Glutamat Oksaloasetat Transaminase

laporan metabolisme zat gizi
(Anriani, AWS 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Enzim GOT dan GPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim GPT dan GOT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati (Cahyono 2009). Glutamic Pyruvic Transaminase (GPT) dan GOT (Glutamic Oxaloasetat Transaminase) merupakan kelompok enzim yang penting, yakni kelompok aminotransferase atau transaminase, yang mengkatalisis reaksi konversi asam α-keto menjadi asam amino melalui transfer gugus amino.
GPT adalah enzim yang spesifik untuk hati, yang hanya memberikan hasil yang signifikan terhadap adanya peningkatan penyakit hepatobillary di hati. Peningkatan level GPT dapat juga berhubungan dengan kerusakan jantung, otot skeletal dan liver parenkim. GPT secara normal ditemukan dalam hati dengan kadar yang rendah. Tetapi ketika terdapat kerusakan atau penyakit hati, maka pelepasan GPT ke dalam darah bertambah, yang menyebabkan tingkat GPT naik.
Pada manusia, enzim GPT ini banyak disebabkan oleh indikasi kerusakan hati, dalam analisis klinik, pemeriksaan GPT dilakukan untuk : Identifikasi penyakit hati, terutama sirosis dan hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, atau virus, membantu memeriksa kerusakan hati, mengetahui apakah penyakit kuning disebabkan oleh darah atau penyakit hati, melacak dampak kolesterol dampak obat-obatan lainnya yang dapat merusak hati. (Essig 2008)
Sangat penting bagi kita dalam mengetahui kadar GPT dan GOT dalam tubuh. Pada percobaan pemeriksaan aktivitas spesifik Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) dan Glutamat-Oksaloasetat Transaminase (GOT) ini dilakukan pada hati dan jantung ayam. Sebelumnya, dilakukan penimbangan terlebih dahulu pada jaringan jantung dan hati ayam sebesar 40g, dan di larutkan dengan penambahan NaOH. Pelarut ini berfungsi untuk menetralkan jantung dan hati ayam. Setelah itu di lumatkan hingga homogen dengan menggunakan blender setelah keadaan sudah homogen lalu di sentrifuse pada kecepatan 2000 rpm (maksimum), hingga menghasilkan supernatant. Tetapi apabila sebelumnya pada wadah, eppendorf tidak dilakukan pemberian antikoagulan, maka setelah sentrifugasi, supernatan yang diperoleh bukan berupa plasma melainkan serum.. Lalu, ambil dan pisahkan supernatan dan masukkan ke dalam tabung reaksi, lalu diletakkan dalam penangas selama 370C selama 5 menit, dikeram dengan suhu 370C tepat selama 30 menit yang bertujuan untuk mempercepat agar reaksi berjalan sempurna dan menyesuaikan kondisi suhu pengukuran yang stabil. Di campurkan dan diamkan pada suhu ruangan selama tepat 20 menit, di baca serapan pada panjang gelombang λ 500-560 nm. Penentuan panjang ini didapat karena ini adalah panjang gelombang maksimal . Dimana memiliki nilai kesalahan minimal.
Enzim GOT dan GPT sebelum digunakan dalam percobaan, dicari terlebih dahulu absorbansinya yang akan digunakan untuk menghitung kadar konsentrasi enzim GPT dan GOT di dalam sampel yang digunakan. Berikut merupakan kurva absorbansi standar enzim GPT dan GOT yang digunakan dalam percobaan ini :

Gambar 1 Absorbansi enzim GPT dan GOT
Berdasarkan gambar kurva absorbansi enzim GPT dan GOT diatas, didapatkan perbedaan persamaan akhir. Pada enzim GPT, persamaan absorbansinya adalah y= 0.006x + 0.362 (R2 = 0.949) sedangkan pada enzim GOT, persamaan akhirnya adalah y= 0.003x + 0.481 (R2 = 0.650). Persamaan ini akan digunakan sebagai acuan perhitungan kadar konsentrasi enzim GPT dan GOT dengan y sebagai absorbansi dan x sebagai konsentrasi. Dari perhitungan didapatkan tabel hasil konsentrasi GOT dan GPT pada hati dan jantung ayam, yaitu:
Tabel 1 Konsentrasi enzim GOT dan GPT pada hati dan jantung ayam
Sampel Konsentrasi
GOT Hati 1 -16.000
GOT Hati 2 122.333
GOT Jantung 1 8.667
GOT Jantung 2 13.000
GPT Hati 1 73.500
GPT Hati 2 75.833
GPT Jantung 1 58.167
GPT Jantung 2 61.417
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa konsentrasi kadar enzim GOT dan GPT di hati ayam berbeda. kadar enzim GPT lebih mendominasi daripada enzim GOT yaitu 73,5 untuk hati 1 dan 75,833 untuk hati 2. konsentrasi kadar enzim GOT dan GPT jantung juga didominasi oleh tingginya konsentrasi GPT dengan kadar 58,167 untuk jantung 1 dan 61,417 untuk jantung 2. perbandingan kadar enzim GOT pada hati dan jantung ayam juga sangat berbeda dengan selisih yang cukup jauh. Kadar GOT tertinggi antara hati dan jantung ayam terdapat pada hati ayam 2 yaitu 122,333. perbedaan antara kadar enzim GPT hati dan jantung ayam tidak terlalu jauh, namun hati ayam tetap menjadi sampel yang paling tinggi kadar GPT-nya yaitu 73,5 untuk hati 1 dan 75,833 untuk hati 2.
Menurut Sacher dan Mc Pherson, jaringan hati merupakan satu-satunya sel dengan konsentrasi GPT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadar sedang. GPT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, limpa, dan eritrosit. GOT terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit juga memiliki GOT dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung GOT tiga sampai empat kali lebih banyak daripada GPT. Hal ini sesuai dengan hasil yang ada pada praktikum kali ini, bahwa kadar enzim GPT dan GOT ditemukan paling banyak berada pada sampel hati ayam. Enzim GOT dan GPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim GPT dan GOT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati. Namun bukan berarti bahwa peningkatan enzim tersebut sudah pasti mencerminkan kelainan hati. Karena enzim GPT dan GOT juga diproduksi oleh organ lain seperti sel jantung, otot, ginjal, dan limpa. Namun demikian, kebanyakan penyebab peningkatan enzim GPT dan GOT adalah karena gangguan sel-sel hati (Cahyono 2009).
Menurut Samad, salah satu fungsi dari enzim GOT adalah sebagai bahan diagnosa dan evaluasi penyakit hati dan penyakit jantung dan memantau efek obat yang hepatotoksik dan nefrotoksik. sedangkan fungsi enzim GPT adalah sebagai indikator kerusakan sel hati, memantau efek obat yang hepatotoksik, membedakan ikterus hemolitik dengan ikterus karena penyakit hati. berdasarkan hasil dari percobaan seperti pada tabel konsentrasi enzim GPT dan GOT pada hati dan jantung ayam, dapat didiagosa bahwa hati ayam yang digunakan sebagai sampel mengalami beberapa kelainan hati karena tingginya konsentrasi enzim GPT dan GOT yang terdapat di dalamnya.
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada percobaan kali ini dapat dilihat secara nyata dari konsentrasi kadar enzim GOT hati yang menunjukkan angka -16,000 pada perhitungan. Hal ini jelas merupakan kesalahan karena tidak mungkin kadar enzim GOT dalam hati tidak ada bahkan -16,000. kesalahan ini timbul karena keteledoran dari praktikan yang kurang memperhatikan proseudr kerja dan terjadinya pengenceran 2 kali pada sampel saat akan membaca absorbansi karena terlalu pekatnya larutan. kesalahan tersebut juga dikarenakan kurang cermatnya praktikan dalam penambahan pereaksi-pereaksi dan dalam pengambilan supernatan sampel yang mungkin tercampur juga dengan endapan yang tidak diinginkan dalam pengujian karena dapat mengganggu atau membuat kesalahan data akhir pada percobaan.
Aktivitas fisik kedua enzim GPT dan GOT ini tidaklah sama. hal ini disebabkan oleh aktivitas enzim GPT lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lainnya karena tujuan dari penetapan aktivitas GPT ini adalah untuk menghitung jumlah enzim alanin aminotransferase dalam darah. Dan dengan adanya peningkatan aktivitas GPT maka dapat diindikasikan bila ada kerusakan pada selaput sel hati dengan diiringi peradangan pada hati. Diantara kedua enzim ini, enzim GOT lebih cocok untuk mendiagnosis kerusakan jantung. Meskipun peningkatan level GPT dapat juga berhubungan dengan kerusakan jantung, otot skeletal dan liver parenkim tetapi enzim GPT lebih cocok untuk menganalisis kerusakan jantung. Pengukuran paralel dari GPT dan GOT berguna untuk membedakan diagnosis dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hati.(Sari dan Anriani 2011)

Essig, M.G., 2008, Alanine Aminotransferase, http://www.webmd.com, diakses tanggal 14 mei 2011
Price, A.S. dan Wilson, M.L., 1995, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta.

my destiny

Selasa, 07 Juni 2011

i never know today, i don't know everything will happen in the future
now, i know, everything that i have done is wrong
but there is no regret in my heart for it
maybe i'm hypocrite

but in my little heart, i still have a hope that i'll be better next day
I need help and support
and I expect it from you
you, the last one who i want to be with me now and i never let you go

except you'll be more comfortable without me
(aws 2011)